PERMASALAHAN
DALAM MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS ANAK
USIA DINI
Anak
usia dini adalah gudangnnya kreativitas, kreativitas itu akan berkembang bila
lingkungan mampu memahami pertumbuhan dan perkembangna sianak. Namun dalam
tulisan ini saya ingin menuliskan beberapa aspek yang dapat menghambat
perkembangan potensi kreativitas dalam
diri anak khususnya di Indonesia (dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati,
2016:7) mengatakan antara lain:
1.
Hambatan
Diri Sendiri
Faktor
dari diri sendiri dapat menjadi penyebab utama terhambatnya perkembangan kreativitas.
Factor dari diri sendiri itu bisa berupa factor psikologis, biologis,
fisiologis dan sosial individu.
a. Faktor
Psikologis
Dalam
beberapa perilaku individu yang dapat menghambat perilaku kreatif seperti
pengaruh dari kebiasaan atau pembiasaan, perkiraan harapan akan orang lain,
kurangnya usaha, ketakutan untuk mengambil resiko, takut dikritik,
kecenderungan untuk mengikuti pola hidup orang lain, rutinitas kenyamanan dan
sebagainya. Semua perilaku diatas jika tidak diatasi sejak dini akan sangat
menghambat perkembangan kreativitas dalam diri seseorang.
b. Faktor
Biologis
Beberapa
pakar atau ahli mengatakan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter. Dengan
kata lain bahwa gen seseorang yang diterima dari warisan orang tua akan
berperan menentukan batas-batas inteligensi dan kreatifitasnya.
c. Faktor
Fisiologis
Seseorang
yang menyandang salah satu kelainan atau mengalami kendala faali karena terjadi
kerusakan otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan, akan menghambat
pertumbuhan perkembangan kreatif dalam diri seseorang.
d. Faktor
Sosiologis
Lingkungan
sosial merupakan factor utama yang menentukan kemampuan seseorang untuk
menggunakan potensi kreatif dan mengungkapkannya lewat kegiatan yang dilakukan.
2.
Pola
Asuh
Pola
asuh orang tua atau keluarga akan menjadi salah satu factor penting dalam
mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreatifitas. Seorang anak yang
dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling
menerima, dan mendengarkan pendapat orang lain, maka ia akan tumbuh menjadi
anak dan generasi yang terbuka dan fleksibel hal ini akan menumbuhkan perilaku
kreatif dengan baik. Demikian sebaliknya dengan anak yang dibiasakan dan
dibesarkan dengan kedisiplinan, yang tidak dibarengi dengan toleransi, anak
taat dan wajib peraturan, anak yang harus mengikuti kehendak maka akan
menghasilkan generasi yang tidak memiliki visi ke masa depan, orang yang tidak
memiliki keinginan untuk maju dan berkembang, tidak siap berubah dan
beradaptasi dengan baik. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup anak.
3.
Sistem
Pendidikan
Penelitian Supriadi (1994) berpendapat
bahwa salah satu kemungkinan penyebab rendah nya kreativitas anak Indonesia
adalah lingkungan yang kurang menunjang anak-anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
khususnya lingkungan sekolah dan keluarga. Saat ini sistem pendidikan Indonesia
lebih mengarah kepada pendidikan “ akademik dan industry tenga kerja” artinya
bahwa sistem pendidikan persekolahan lebih mengarah pada upaya membentuk
manusia untuk menjadi “pintar” disekolah saja dan menjadi “pekerja” bukan
menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya, maksudnya bahwa manusia Indonesia
tidak berkembang sesuai potensi kreativitas yang dimiliki. Selanjutnya menurut
Munandar (1999) memaparkan berbagai kondisi yang terjadi disekolah yang dapat menjadi kendala bagi pertumbuhan
kreativitas anak antara lain:
1. Sikap
guru yang terlalu banyak mengontrol dalam memotivasi anak, adanya sikap teacher
senter dalam kegiatan belajar, dengan kata lain bahwa kegiatan belajar anak
lebih banyak mengikuti perintah dari guru hal ini tidak baik dalam kegiatan
belajar bagi usia dini karena akan membuat rendah tingkat pertumbuhan dan
perkembangan serta mematikan kreatifnya anak.
2. Sistem
belajar dengan hafalan, salah satu cara yang keliru dalam menghimpun
pengetahuan yakni dengan cara menghafal, anak-anak hanya menghafalkan fakta
tapi tidak memahami arti dari fakta tersebut, sehingga apa yang sedang
dipelajari tidak menjadi bagian dalam hidupnya karena tidak tinggal dalam
pengetahuannya hanya sebatas saja.
3. Kegagalan,
kegagagalan yang dialami oleh seseorang akan berpengaruh terhadap motivasi yang
dimilikinya, tapi kegagalan tidak pernah terlepas dari manusia yang sedang
berjuang maka untuk itu yang penting adalah bagaimana cara guru mendampingi dan
membantu anak dalam memahami kegagalannya.
4. Tekanan
akan konformitas ( tradisi, kebiasaan), tekanan yang berlebihan akan
konformitas dirumah, sekolah, lingkungan dan masyarakat akan sangat menghambat
perkembangan kreatifitas anak. sebaiknya seorang anak harus diberi kebebasan
untuk menjadi diri mereka sendiri.
4.
Latar
Belakang Sejarah Dan Budaya
Negara
Indosia adalah Negara yang pernah hidup dibawah kuasa atau penjajahan Negara
lain, tentu hal ini akan sangat berpengaruh dan berkelanjutan secara
turun-temurun antar generasi hingga sekarang ini. Selain pernah menjadi negara
jajahan masyarakat indonesia juga memiliki budaya yang kurang menguntungkan
bagi perkembangan sifat-sifat kreatif yang ada dalam setiap pribadi masyarakat Indonesia.
Beberapa faktor budaya yang dapat menghambat tumbuhnya kreativitas dan masih
hidup sampai saat ini walaupu tidak semua daerah yang menganut budaya itu
yakni,
a. Ada
anggapan masyarakat bahwa berhayal atau melamun merupakan hal yang dapat
membuang-buang waktu.
b. Sikap
bermain atau suka bermain hanyalah cocok untuk anak-anak yang masih usia-usia
dini
c. Masyarakat
sangat menjunjung tinggi kemampuan berpikir logis, kritis analitis dan tidak
mengandalkan pada perasaan atau firasat.
d. Masyarakat
beranggapan bahwa setiap masalah dapat diselesaikan dengan banyaknya uang.
e. Adanya
keterikatan yang kuat pada tradisi dan masih sulit untuk melakukan dan menerima
perubahan-perubahan yang ada.
f. Berlakunya
sebutan “tabu” untuk sesuatu yang bersifat baru, beda, dengan apa yang sudah
menjadi kebiasaan sebelumnya.
Demikianlah
keempat faktor yang sudah diutarakan yang dapat menghambat perkembangan kreativitas
anak, untuk itu tugas dan tanggung jawab serta kerja sama antara guru dan
orangtua perlu dijalin lebih baik lagi agar potensi kreatifnya anak dapat bertumbuh
dan berkembang yang nantinya akan menjadi milik mereka selamanya.